Minggu, 13 November 2011

Sebuah Alasan Kuat
 
 Ada sesuatu hal yang sedang mengusik pikiranku.Tentang semakin maraknya tren bekerja di luar negeri,untuk menjadi TKW,padahal di sisi lain,marak pula serangkaian tragedi maut dan berdarah yang menimpa para tenaga kerja tersebut.Tidak kurang-kurangnya pemberitaan di media tentang kesadisan para majikan di negara tujuan TKW.Namun seakan hal itu tak menyurutkan niat para calon TKW untuk mengais rezeqi di negeri orang.
Sekarang ini,di rumah tetanggaku yang menjadi agen penyalur tenaga kerja ke luar negeri,ada 3 orang (atau lebih tepatnya 3 ABG kali ya,karena baru saja lulus tahun ini) yang sedang dalam proses pemberangkatan ke negara tujuan tenaga kerja indonesia,yakni Hong Kong dan Taiwan.Ketika pada suatu kesempatan,aku mencoba bertanya pada salah satu dari mereka,sebut saja namanya Dewi.Dia berasal dari sebuah kota di jawa timur.Alasan pertama yang keluar dari pengakuannya ketika kutanya perihal kenekatannya bekerja ke luar negeri adalah untuk mencari pengalaman! wow!.Sebenarnya Dewi termasuk siswa berprestasi secara akademik,terbukti dia telah menerima beasiswa untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi.namun ternyata,beasiswa tersebut tidak sesuai dengan keinginannya yang hendak melanjutkan kuliah di ilmu kesehatan,Dewi ingin menjadi seorang bidan.Menurut pengalamanku,memang sekolah kesehatan,entah itu jurusan kebidanan,keperawatan,apalagi kedokteran,membutuhkan biaya yang tidak sedikit.Mungkin karena keterbatasan biaya itulah yang membuat Dewi akhirnya memutuskan untuk tak melanjutkan studi dan mencoba mengadu nasib ke negeri tetangga.Sebenarnya,Ayah ibunya telah melarangnya untuk menjadi TKW,namun Dewi tetap bersikeras dengan berbagai macam dalih dan dukungan dari sang nenek.
Hmm...seorang anak yang belum genap 20 tahun,sudah mengerti tentang beratnya memikul beban ekonomi keluarga.Dia merasa nasibnya hanya akan menjadi seorang pengangguran,seperti teman-temannya yang lain bila dia hanya berkutat di kota kecilnya dan tak melanjutkan studi di ilmu kesehatan seperti yang dia mau.Terlepas dari itu semua,mungkin dia juga pernah mendengar atau melihat sendiri kalau bekerja di luar negeri lebih menjanjikan kesuksesan materi dibandingkan bekerja di kota asalnya.Padahal disana dia hanya akan menjadi seorang pramuwisma,pengasuh bayi,atau perawat jompo.Bisa juga kalau pas nasibnya sedang sial,apes,malah jadi bulan-bulanan majikan,dan tak jarang ketika pulang ke kampung halaman hanya berupa jenazah yang siap masuk ke liang lahat.Wiih,ngeri sekali kalau mendengar kabar demikian,nasib para TKW yang diperlakukan sewenang-wenang,tanpa mereka mampu melakukan pembelaan.Hanya segelintir yang mampu menyelamatkan diri dari para majikan biadab,itupun kalau tidak keburu ditangkap oleh polisi setempat dan diklaim sebagai tenaga kerja ilegal yang tentunya akan mendapat sanksi.Ada yang nasibnya sedikit lebih baik,dengan memilih untuk menjadi tunawisma,tanpa pekerjaan,tanpa penghasilan,tapi mereka jauh dari siksaan majikan,biasanya sih ada saja lembaga atau pihak ketenagakerjaan terkait yang memulangkan mereka ke daerah asal.
Sungguh sebuah ironi memang,di satu pihak,ada yang mati-matian membela hak para kaum buruh ini,namun di pihak lain,ada yang justru melakukan perdagangan manusia dengan dalih mengiming-imingi penghasilan yang cukup menggiurkan.Semisal,di negara tujuan Hong kong,gaji seorang pramuwisma yang memenuhi standar,sebulan bisa mencapai HKD 3750 (kalau dikurskan kira-kira sampai 5 jutaan lah).Bagi yang bernyali besar,berani mental,ketakutan akan nasib jelek yang akan menimpanya kelak seakan sirna oleh keinginan untuk merubah nasib dengan iming-iming penghasilan tinggi.Tidak sedikit lho anak ABG yang baru menamatkan pendidikannya yang keluar masuk,pulang pergi dari rumah tetanggaku itu.Alasan mereka sih kalau bekerja jadi pembantu atau pegawai biasa disini,gajinya minim dengan beban pekerjaan yang lumayan berat.Padahal,kalau mereka mau jeli dalam melihat peluang,masih banyak kesempatan berpenghasilan tinggi terbuka lebar di tanah kelahiran,tanpa harus bersusah payah merantau ke luar negeri.
Kasihan mereka,hanya bermodal nekat untuk mengadu nasib,tanpa kepastian langkah...



oleh:Eli mustian-admin blog ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar